Muhasabah
Akhir Tahun
dakwatuna.com - “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS Alhasyr [59]: 18).
Setiap Mukmin dituntut untuk selalu
meningkatkan kualitas amalnya. Untuk peningkatan kualitas amal, muhasabah
(evaluasi) sangat diperlukan. Tanpa muhasabah tidak akan ada peningkatan
kualitas amal. Karena itu, muhasabah menjadi karakter utama pribadi Mukmin,
sebagaimana ditegaskan dalam ayat di atas.
Umar bin Khattab, seorang sahabat
yang dikenal sebagai Amirul Mukminin pernah mengingatkan umat Islam dengan
perkataannya yang sangat populer, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.”
Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.
Muhasibi, seorang sufi dan ulama
besar yang menguasai beberapa bidang ilmu, seperti hadits dan fiqih. Nama
lengkapnya Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri al-Bagdadi al-Muhasibi.
Ketika ia ditanya tentang beberapa hal yang berkaitan dengan soal muhasabah.
“Dengan apa jiwa itu dihisab?” Ia menjawab, “Jiwa itu dihisab dengan akal.” Ia
ditanya lagi, “Dari mana datangnya hisab itu?” Ia menjawab, “Hisab itu datang
dari adanya rasa takut akan kekurangan, hal-hal yang merugikan, dan adanya
keinginan untuk menambah keuntungan.”
Muhasabah dalam pandangan Muhasibi,
mewariskan nilai tambah dalam berpikir (basirah), kecerdikan, dan
mendidik untuk mengambil keputusan yang lebih cepat, memperluas pengetahuan,
dan semua itu didasarkan atas kemampuan hati untuk mengontrolnya.
Ketika ditanya, “Dari mana sumber
keterlambatan akal dan hati untuk menghisab diri?” Ia menjawab, “Keterlambatan
itu disebabkan oleh karena hati. Dalam keadaan demikian hati sangat didominasi
oleh kekuatan hawa nafsu dan syahwat yang kemudian menguasai akal, ilmu, dan
argumen.”
Ketika ditanya, “Dari mana kebenaran
datang?” Ia menjawab, ”Kebenaran itu datang karena pengetahuan kita bahwa Allah
SWT Maha Mendengar dan Maha Melihat. Pengetahuan itu merupakan dasar bagi
kebenaran dan kebenaran merupakan dasar segala perbuatan baik. Karena kemampuan
dan kekuatan kebenaran itulah, seorang hamba dapat meningkatkan segala
perbuatan baik dan kebajikannya.”
Muhasabah merupakan kesadaran akal
untuk menjaga diri dari pengkhianatan nafsu melalui proses pencarian kelebihan
dan kekurangan diri. Karena itu, muhasabah menjadi lampu di hati setiap orang
yang melaksanakannya.
Karena itu, momentum pergantian
tahun baru Masehi mestinya dijadikan sebagai sarana untuk muhasabatun nafsi
(evaluasi diri) atas berbagai amal yang telah dilakukan, agar kehidupan lebih
baik dan bermakna di hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar